Yup, rencana jalan-jalan ini sebenarnya sudah lama mencuat sejak saya menempuh semester satu menjadi mahasiswa baru di UB jurusan Agribisnis (sekarang saya semester 3). Ketika itu, sebagai orang yang akan tinggal 4 tahun di Malang demi S1, tentu saya sangat ingin bahwa sebelum menenteng gelar sarjana di pundak, saya ingin menjelajah Kabupaten Malang dan di dalamnya. Loh, kok tidak ‘Kabupaten Malang dan sekitarnya’? Soalnya, akan susah kalau saya harus mengunjungi Blitar, Kediri, Probolinggo, Jember, Pasuruan berulang kali, hehe. ‘Kan kabupaten-kabupaten tersebut berada di ‘sekitar’ Malang? Betul betul betul.
Kanan adalah saya, kiri adalah RIFQI yang satunya
Biasanya, ketika Jum’at setelah kuliah, saya menyempatkan pulang kampung ke Sidoarjo setiap dua minggu sekali, bergantung permintaan orang tua. Namun, pada hari itu saya tidak pulang, karena ada beban tugas kelompok yang harus dikerjakan dan dikumpulkan hari Selasa. So, saya dan Uki memutar otak agar tidak bad mood di kosan.
Setelah berbicara secara terarah, akhirnya Uki mencetuskan ide cemerlang namun tidak masuk gawang, (tidak masuk akal maksudnya), “AYO KE BROMO!”. Saya pikir boleh juga, tapi berat juga. Berat karena meskipun Gunung Bromo dekat (hanya 2-3 jam perjalanan darat dari Kota Malang lewat Kecamatan Tumpang), namun berkendara naik motor dengan persiapan mendadak tentu tidak mungkin, mending naik becak, LOH!
Saya tolak dengan halus ide itu, dan akhirnya saya mencoba usul, “GIMANA KALAU KE PANTAI BALEKAMBANG?”. Tratataakkk Jreng, Saya bersahut, Uki pun menyambut, “BUDHAAL!!”. Akhirnya, diputuskan bahwa pada tanggal 24 Oktober 2010 pukul 07.00 WIB, saya dan Uki akan pergi ke pantai. Berdua? Jangan, nanti pasti ‘berbahaya’, jika Anda mengerti maksud saya, hehe.
Saya pun akhirnya mengajak teman dekat saya yang lainnya, yaitu Rio yang satu kelas dengan kami, dan juga Iput, anak FTPUB seangkatan dengan kami. Jadilah, kami berempat akan bersiap menjelajah untuk pertama kalinya ke PANTAI BALEKAMBANG, OH I’LL COME!
24 Oktober 2010
06.20 WIB: Rio sms ‘jadi ke pantai tidak?’
06.30 WIB: Saya baru bangun tidur. Ngaret dulu.
06.35 WIB: Balas sms Rio ‘jadi, rio. Mandilah dulu’ Saya bersegera mandi.
07.45 WIB: Saya selesai mandi. Sms uki tidak terkirim. Telpon tidak aktif. Waspada!
07.00 WIB: Menjemput Rio. Sms Uki masih tidak terkirim. Siaga!
07.15 WIB: Uki datang ke kos Rio, ternyata handphonenya mati, asem. Sms Iput tidak terkirim. Awas!
07.30 WIB: Iput baru pulang jogging di kampus dan segera mandi.
07.40 WIB: Makan sarapan dulu di warung.
07.50 WIB: Berangkat, pamit dulu ke....
Yap, akhirnya kami berangkat sekitar jam delapan kurang. Molor satu jam, hehe. Tak apa, yang penting terus jalan. Misi harus tercapai. Di POM bensin Sigura-gura, sempatin beli bensin dulu full.
Kami pun segera berjalan normal, 60-80 km/jam, melalui Plaza Dieng, kemudian tembus ke Sukun, berbelok meninggalkan Terminal Gadang, menerabas Bululawang, menerjang Gondanglegi, dan sampailah di Bantur, tempat di mana Pantai Balaikambang berdomisili. Perjalanan tersebut ditempuh selama hampir dua jam, sepanjang + 65-75 km, sampai di pantai pukul 09.50 WIB. Fuuuhh, lega, pantainya mantap, ombaknya hebat!
Foto yang unik, karena pas ombak sedang naik
Trio Blackberry, eh Black Boy .... (With a black jacket)
Kiri adalah Rio, tengah adalah Uki, kanan adalah Iput,
dan yang tak tampak adalah saya
Mejeng dulu di tengah deburan buih ombak yang semerbak
dengan latar belakang Pura yang elegan.
Oiya, sekadar info, bahwa karcis masuk ke Pantai Balekambang adalah Rp 7.000 per orang. Sedangkan parkir motornya Rp 3.000 per motor. Langsung saja, kita semua kayak anak kecil, langsung menuju tepi pantai. Foto-foto adalah kegiatan yang wajib saat itu. Dan yang paling narsis adalah Uki! Haha.
Pasirnya memang tidak putih, namun cukup bersih karena merupakan pantai yang laris dikunjungi wisatawan baik manca maupun domestik. Ombaknya nan ganas, sampai dipasang bendera merah di beberapa meter dari garis pantai. Ombak ini memakan korban, korbannya adalah Uki, yang harus rela kehilangan sandal sisi kanannya yang tersapu ombak saat berfoto-foto, HAHAHA.
Setelah puas foto-foto sisi timur Pura, kami pun segera menuju Pura dengan melalui dua jembatan yang ada beberapa bagian yang rusak karena gerusan ombak. Foto-foto dulu di jembatan ini lah.... :D
Iput said that “WASPADALAH!”, hehe
Kayak model sampo, rambutnya bergerak ke atas semua....
Akhirnya kami berjalan ke atas Pura, yang nampak masih terawat padahal mungkin sudah berusia sangat tua. Foto-foto...... hehe.
Cool banget ketiga cowok ini, blueh...
Wow, saya cool ternyata... COOLit hitam maksudnya, hehe.
Setelah puas di Pura, kami pun menyeberang ke arah barat Pura, dan di sinilah kami makan nasi bungkus dari warung tempat sarapan kita tadi, bermain pasir dan bermain air, persis anak kecil, tapi enjoy ajalah.... Hehe... Seperti terlihat dari foto ini, mengerikan!
Rio dikubur dengan ‘batu nisan’ berupa sandal dan ‘didoakan’ oleh saya dan Uki, hehe
Di sini juga kami bermain air seolah-olah menjadi atlit pesetidaklancar, eh peselancar.....
Airnya asin dan perih menusuk mata, tapi asyiiikkkk.....
Inilah view pantai sebelah barat Pura, indah sekali, Subhanallah.....
Pantai di sisi ini umumnya relatif sepi pengunjung, sehingga nampak bersih.
Sebenarnya, masih banyak foto-foto lainnya yang menarik dari kami, tapi yang lolos seleksi cuma yang ada di post ini, foto yang lain silakan mampir ke FB saya, add akun saya juga ya.
Akhirnya, setelah puas bermain di pantai sampai tak sengaja kulit menghitam, kami pun mandi dan ganti baju di kamar mandi. Pukul 14.00 tepat, kami kembali ke kos kami, Kota Malang. Oiya, tak lupa salam buat geng kelas kita, WARIOR JOYO!
pakdhe, pajangan yg dfoto iku djual ta ?
brp hargae ?
Ni sapa ya :D, kasih nama dung....
maaf, itu koleksi pribadi, hehe.