Perjalanan ke tempat wisata ini bermula secara tidak terlalu disengaja. Berawal dari protes, demo, unjuk rasa dari teman-teman saya, khususnya yang cewek, yang tidak diajak saat bertamasya ria ke Pantai Balaikambang. Akhirnya saya pun luluh, hehe, hingga saya dan teman-teman satu kelas (sebagian) menyatakan bahwa akan pergi rekreasi ke COBAN PELANGI!
Setelah melalui suatu perundingan dan sosialisasi yang rumit dan mbulet, akhirnya terdapat 18 orang termasuk saya yang akan pergi ke Coban Pelangi! Banyak nian! Tapi tak apa, rame-rame justru asyik dan seru. 18 orang tersebut terinci atas 7 cowok dan 11 perempuan. Namun, ada beberapa kendala menghadang. Apa itu?
Untuk perjalanan jarak jauh (akan menempuh sekitar 1 jam perjalanan), cewek tentu rawan jika menyetir sepeda motor sendiri, sehingga cowok yang akan meng-cover teman cewek. Namun, karena cowoknya terbatas, sehingga 4 cewek lainnya ‘harus bersedia’ menyetir sepeda motornya, hehe. Tapi, aman-aman aj kok.
Tepat setelah UTS mata kuliah Komunikasi Agribisnis, yang ternyata teman-teman cepat sekali mengerjakannya karena sudah terbayang jalan-jalan, hehe. Hari itu hari Kamis tanggal 4 November 2010. Setelah clear, kami pun berangkat sekitar setengah sebelas. Cuaca cerah membuncah.
Berangkat langsung dari kampus, keluar lewat gerbang Fakultas Ekonomi UB, lurus menelusuri Jl. Soekarno Hatta, berbelok ke arah Pasar Blimbing, kemudian menuju ke arah Tumpang atau Bandara Abdurrahman Saleh. Sempat berhenti sebentar karena si Rio mengisi bensin pada sepeda motornya. POM bensin ini tepat berada di depan jalur menuju Bandara. Perjalanan dilanjutkan, melewati Kecamatan Tumpang, hingga akhirnya sampailah kami pada Desa Gubug Klakah, Kecamatan Poncokusumo Malang, yang tak lain tak bukan tak tidak adalah tempat berdomisilinya Coban Pelangi.
Perjalanan tersebut ditempuh selama kurang lebih sekitar 1 jam, dan sempat turun gerimis di Kecamatan Poncokusumo, daerah sentra apel yang digadang-gadang akan menggantikan Kota Batu. Kami pun masuk, saya lupa tiket masuknya, yang jelas dihitung per orang dan juga per motor. Udara saat itu dingin menusuk kulit, kemudian menjamah tulang, hehe. Namun, kondisi panorama sekitarnya sangat indah, landscape hutan lebat dengan jurang yang curam.
Setelah sepeda motor diparkir dengan aman, kami pun berjalan kaki naik turun sekitar 15 menit untuk mencapai air terjun, yang ternyata cukup memakan korban, yaitu Vivi, jatuh terpeleset beralaskan pantat, hahaha. Memang jalan cukup licin dan basah, karena gerimis masih mengguyur kompleks wisata Coban Pelangi.
Coban Pelangi
Dan voila!, kami pun sampai di kawasan air terjun. Dingin, sejuk, dan segar, itulah kesan pertama saya. Gemuruh air terjun yang jatuh ke bawah sangat terdengar. Oiya sebelumnya saya jelaskan dulu bahwa Coban Pelangi berasal dari kata Coban dan Pelangi, Coban berarti air terjun, sedangkan disebut pelangi karena pada saat yang cerah, biasanya sekitar pukul 10.00 – 14.00, akan terlihat pelangi di air terjun. Namun, sayang sekali saat itu sedang turun gerimis, sehingga tak terlihat pelangi. Namun, yang penting enjoy aja, ya gak? Foto-foto dulu lah....
Ini adalah teman-teman saya, yang memotret adalah saya (nasibnya...) yang satunya lagi, yaitu Rio, memayungi saya, hiks....
Penulis foto-foto dulu...
Narsis dulu dong...
Sempat turun ke hulu air terjun, ademmmm....
Kiri adalah saya, berikutnya adalah Dadang, berikutnya adalah Agus,
berikutnya adalah Uki, dan kanan adalah Rio
Ups, siapa tuh.... Oh, ternyata si Doni...
Kelompok cewek, pose di bawah jembatan penghubung jalur ke air terjun
Kiri adalah Roro, berikutnya Widya, lalu Rensi, kemudian Lita, dibelakangnya itu Putri, jaket merah itu Vivi (korban terpeleset), dan Tety
Lagi-lagi cewek... Eh, ada Dadang satu-satunya cowok!
Yang belum dikenalkan itu ehm.... Yang jilbab merah itu puput, yang jilbab ungu itu Icha, yang pake jas hujan itu Stefi.
Yap, saya rasa cukup itu dulu ceritanya, foto yang lebih lengkap lagi ada di FB saya, add akun saya juga ya, aku tunggu. Ada dua catatan mengenai Coban Pelangi ini. Yang pertama adalah sangat disayangkan karena di beberapa titik masih terdapat sampah berserakan, dan beberapa fasilitas umum seperti gardu bambu, tidak terawat. Yang kedua adalah belakangan baru tahu jika di daerah sekitar bawah air terjun persis merupakan daerah yang mistis! Hadeh....
Salam buat geng kelas kami, WARIOR JOYO!
0 comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam, No Sex, No SARA.